Kamis, 13 April 2017

Part 5. Urat malu ku putus di tukang bubur

Sebelum nya kita sudah menyimak kisah tentang Part 1. Luruskan Niat Hanya Kepada AllahPart 2. Keyakinan Penuh Akan Kuasa AllahPart 3. Manusia Bisa Merencanakan, Tapi Allah yang Menentukan dan Part 4. Taaruf pertama yang menegangkan. Bagi yang belum menyimak silahkan membaca terlebih dahulu agar bisa mengikuti alur ceritanya.

Sejak kejadian taaruf pertama tersebut, secara garis besar sang ikhwan dan sang akhwat telah mengetahui seluk beluk calon pasangan maupun keluarganya. Ini merupakan taaruf pertama yang pernah dilakukan baik oleh sang ikhwan maupun sang akhwat. Pengalaman ini tentu akan sangat membekas pada mereka berdua. Allah telah memberikan bukti kepada mereka berdua bahwa untuk mengetahui seluk beluk calon pasangan tidaklah harus pacaran sampai bertahun-tahun bahkan sampai berzina (na’udzubillahi min dzalik).

Mereka semakin yakin bahwa ajaran islam lewat Rasulullah SAW itu sangat indah. Ajaran islam itu ternyata sangat moderat dan sangat masuk akal. Islam mengajarkan bahwa proses pernikahan itu tidak boleh terlalu kaku layaknya membeli kucing dalam karung ataupun tidak boleh terlalu bebas hingga bisa membawa manusia dalam kemaksiatan. Semoga kita semua yang sedang berjuang menemukan tulang rusuknya bisa tetap istiqomah menjalankan proses pernikahan sesuai dengan syariat yang Rasulullah SAW ajarkan kepada kita. Aamiin


Setelah proses taaruf pertama itu, saling lempar pertanyaan pun mulai diutarakan lewat perantara bang T. Dari hasil Tanya jawab tersebut semakin meyakinkan mereka berdua untuk lanjut ke jenjang berikutnya.

Tapi setelah ini nampaknya akan ada taaruf kedua. Loh kenapa ada taaruf kedua ?
Jadi sebenarnya sang ikhwan dan sang akhwat sama-sama memiliki seorang mentor. Biasanya dalam jamaah tarbiyah, sang mentor inilah yang akan  memfasilitasi untuk melakukan proses pernikahan. Jadi bisa dibilang jika taaruf pertama itu difasilitas oleh keluarga sang akhwat, sedangkan taaruf kedua ini difasilitasi oleh mentor masing-masing ikhwan maupun akhwat. Insya Allah kedua jenis taaruf tersebut masih dalam koridor syariat islam.

Selang 2 minggu setelah proses taaruf pertama tersebut, direncanakan akan dilakukan taaruf kedua. Taaruf kedua ini dilakukan saat weekend pagi, tepatnya pukul 06.00. Awalnya tempat yang direncanakan ialah di tempat makan soto lamongan, tapi ternyata tempat nya belum siap karena terlalu pagi, hingga akhirnya sang mentor menyuruh sang ikhwan untuk mencari tempat makan soto lamongan di tempat yang lain.

Sang ikhwan bergegas dengan motor kesayangannya mencari soto lamongan yang lain, tapi qodarullah soto lamongan yang lain nya juga belum buka. Hingga akhirnya sang mentor memutuskan untuk bertemu di tempat bubur dan menyuruh sang ikhwan untuk balik lagi.

Selang beberapa saat sang ikhwan sampai di tukang bubur. Disana tampak sudah ada 4 orang, yaitu mentor sang ikhwan, istrinya, sang akhwat dan mentor sang akhwat. Berbeda dengan taaruf pertama, pada taaruf kedua ini lebih banyak di leading oleh ust S (mentor sang ikhwan) sehingga tidak tampak ada saling lempar pertanyaan antara sang ikhwan dan sang akhwat.

Tidak berbeda dengan taaruf pertama, ternyata sang ikhwan tampak masih kaku dan tidak berani memandang sang akhwat. Pandangannya hanya kebawah dan sekali-kali menoleh ke arah samping (arah tukang bubur). Ternyata dari taaruf pertama tidak membuat mental sang ikhwan menjadi semakin berani.

Ada request yang cukup menarik dari sang akhwat ketika sesi taaruf kedua ini ingin diakhiri.

“mungkin setelah ini kita tidak akan bertemu lagi, karena urusan antum tinggal sama abi ana. Ana mau antum membacakan ayat suci al-quran” ujar sang akhwat

“WHAAATT ?? di Tukang Bubur ane Tasmi ?? Boleh ga cari mushola atau masjid terdekat aja ?? Ane malu banget masa tasmi di tukang bubur ??” gumam sang ikhwan dalam hati

Tapi apa boleh buat, demi memperjuangkan sang akhwat, sang ikhwan harus memutuskan urat malunya sejenak. Hingga akhirnya ust S menyuruh sang ikhwan mendekat ke akhwat agar bacaanya bisa disimak oleh sang akhwat. Sejak awal proses sampai saat taaruf kedua, inilah jarak terdekat interaksi antara sang ikhwan dan sang akhwat.

Akhirnya sang ikhwan membacakan beberapa ayat dari surat Al Baqarah yang ia hafal, Walaupun tampak suara sang ikhwan tidak terdengar begitu jelas karena posisi tukang bubur nya dekat dengan berbagai kendaraan yang lalu lalang hingga tampak sang akhwat mendekatkan telinga nya agar suara sang ikhwan terdengar lebih jelas.

"kalo mau saling simak-menyimak ampe berjuz-juz ayat quran nanti aja ya abis akad nikah" senyum sang ikhwan dalam hati

Alhamdulillah akhirnya taaruf kedua berjalan dengn lancar. Proses selanjutnya ialah menghadap ke Wali sang akhwat yaitu abi nya.

Bagaimana kelanjutan kisah nya ?

Disana akan tampak cerita yang semakin seru karena akan sangat menguras emosi, pikiran dan jiwa. Tapi tentu akan lebih banyak ibroh yang didapatkan. Mulai dari pertolongan Allah yang bermodalkan keyakinan sang ikhwan, hingga bagaimana Allah dengan kuasa-Nya ‘bercanda’ kepada sang ikhwan. Silahkan lihat kelanjutan dibawah ini


0 komentar:

Posting Komentar