Sebelum nya kita sudah menyimak kisah tentang Part 5. Urat malu ku putus di tukang bubur. Bagi yang belum menyimak silahkan membaca terlebih dahulu agar bisa mengikuti alur ceritanya.
Pada saat pertemuan di taaruf kedua sebenernya sang ikhwan
menyampaikan belum berani bertemu dengan sang wali (abi nya akhwat) sebelum
mendapatkan pekerjaan tetap, entah kenapa saat itu feeling sang ikhwan sangat
tidak enak jika mesti bertemu beliau sebelum mempunyai kerja yang tetap.
Sang ikhwan sebenernya sangat ingin meminta waktu kepada keluarga akhwat hingga beberapa minggu kedepan atau setidaknya pada saat bulan ke-3 setelah resign kantor agar sang ikhwan bisa fokus mencari pekerjaan tetap hingga akhirnya sudah mantap jika harus bertemu dengan sang wali.
Sang ikhwan sebenernya sangat ingin meminta waktu kepada keluarga akhwat hingga beberapa minggu kedepan atau setidaknya pada saat bulan ke-3 setelah resign kantor agar sang ikhwan bisa fokus mencari pekerjaan tetap hingga akhirnya sudah mantap jika harus bertemu dengan sang wali.
Tetapi saat itu sang akhwat meyakinkan sang ikhwan bahwa abinya ingin ketemu saja untuk perkenalan, tidak mengapa untuk masalah pekerjaan. Mendengar itu, sang ikhwan menjadi lebih tenang, dan akhirnya ia mau bertemu dengan sang wali walaupun kondisi nya belum memiliki pekerjaan tetap.
Percakapan pada taaruf kedua ini terjadi ketika pertengahan
bulan ke-2 setelah sang ikhwan resign kantor, sedangkan sang ikhwan berdoa
kepada Allah mohon mendapatkan pekerjaan saat bulan ke-3 sang ikhwan resign
kantor. Bisa dibilang sejak taaruf kedua, ada selang waktu sekitar 2 mingguan
apakah doa sang ikhwan di ijabah oleh Allah atau tidak.
Pada akhir bulan ke-2 resign kantor, sang ikhwan mendapatkan
whatsapp dari ust S.
“akhi, besok malam abinya akhwat ingin ketemu antum” ujar
ust S
“oke stadz, siap Insya Allah” jawab sang ikhwan dengan penuh
kemantapan
“berdua sama antum
kan stadz kesananya ?” Tanya sang ikhwan lagi kepada ust S, karena sesungguhnya
ia belum memiliki mental yang cukup jika harus bertemu sendiri dengan sang wali
“iya, kita bareng berangkat ba’da isya di Mesjid B, sekalian
jamaah disana aja ya” jawab ust S
“siap stadz” ujar sang ikhwan
Hingga akhirnya hari yang menegangkan bagi sang ikhwan itu pun
tiba.
Selesai salat isya berjamaan di masjid B, sang ikhwan dan
ust S berboncengan menuju rumah sang akhwat. Sepanjang perjalanan ust S
meyakinkan sang ikhwan untuk senantiasa ridho apapun keputusan sang wali baik
melanjutkan proses ini ataupun mengakhirnya.
Tak terasa akhirnya motor mereka sampai di depan rumah sang
akhwat. Tapi ternyata sang wali belum pulang kerja.
Hingga akhirnya selang sekitar 20 menit, ada seseorang yang
mengendarai motor dan berhenti persis di depan rumah sang akhwat.
Ya, dialah sang wali. Sang ikhwan langsung bersalaman dengan
beliau dengan hati yang cukup tegang.
Beberapa saat kemudian, kami dipersilahkan masuk oleh
beliau. Disaat yang bersamaan ketika sang ikhwan ingin masuk ke ruang tamu,
tiba-tiba ada motor yang tiba di rumah sang akhwat.
Siapakah dia ?
Ya dialah sang akhwat yang saat itu sedang sang ikhwan
perjuangkan proses nya. Pertemuan tidak sengaja yang sesaat ini ialah pertemuan
ketiga antara sang ikhwan dan sang akhwat, sebelumnya mereka hanya bertemu saat
di taaruf pertama dan taaruf kedua saja.
Akhirnya sang ikhwan dan ust S duduk di ruang tamu. Mereka
disuguhkan beberapa makanan yang jumlahnya cukup banyak oleh keluarga sang
akhwat. Beberapa saat kemudian pembicaraan pun dimulai. Suasana pembicaraan
sebenarnya tidak terlalu menegangkan, karena sepanjang pembicaraan lebih banyak
nostalgia dakwah antara ust S dan sang wali. Mereka berdua ternyata dulunya
pernah 1 ‘lingkaran dakwah’.
Malam itu sang ikhwan semakin kagum dan hormat kepada sang wali, karena ternyata beliau, ust S, dan ust P merupakan kader tarbiyah awal yang berdakwah di lingkungannya.
Malam itu sang ikhwan semakin kagum dan hormat kepada sang wali, karena ternyata beliau, ust S, dan ust P merupakan kader tarbiyah awal yang berdakwah di lingkungannya.
“Mungkin jika tanpa mereka, saya tidak bisa merasakan
indahnya dakwah tarbiyah hingga saat ini” ujar sang ikhwan dalam hati
Diantara obrolan nostalgia mereka, hanya ada 2 pertanyaan
singkat yang abi sang akhwat tanyakan kepada sang ikhwan.
Apa kegiatan antum sehari-hari ?
Apakah orang tua masih bekerja ? bekerja dimana
?
2 pertanyaan yang simpel, tapi akan sangat menentukan
kelanjutan proses sang ikhwan dan sang akhwat. Sesaat sebelum sang ikhwan
berkunjung ke sang wali, ia meminta restu dulu kepada orang tuanya agar
dimudahkan proses bertemu beliau. Hingga akhirnya orang tua memberikan 2
wejangan kepada sang ikhwan, yaitu yang pertama ceritakan jujur apa adanya
apapun yang nanti ditanyakan jangan sekali-kali dilebih-lebihkan dan yang
kedua, percaya jodoh itu ditangan Allah, ikhlas kan apapun keputusan-Nya.
2 wejangan inilah yang menjadi pegangan sang ikhwan dalam
menjawab pertanyaan dari abi sang akhwat. Alhamdulillah ikhwan menjawab apa
adanya pertanyaan dari beliau, sama sekali tidak ada yang dilebih-lebihkan
Insya Allah.
Pembicaraan di rumah sang akhwat ini diakhiri dengan closing
statement dari masing-masing. Closing statement pertama disampaikan oleh ust S,
kemudian abi sang akhwat dan terakhir oleh sang ikhwan. Berbekal dari wejangan
orang tua, akhirnya sang ikhwan mengatakan bahwa ia telah siap dengan segala
keputusan dari abi sang akhwat.
“Sudah menjalani proses sampai sejauh ini saja, ana sudah
sangat bersyukur kepada Allah. Banyak ibroh yang sudah Allah berikan ke ana
selama proses ini. Insya Allah walaupun malam ini sudah langsung ada
keputusannya, ana sudah siap dengan segala konsekuensinya” ujar sang ikhwan
dengan penuh keyakinan.
Pertemuan malam itu ditutup dengan closing statement dari
sang ikhwan.
Lalu sang ikhwan dan ust S pamit berboncengan untuk pulang. Sepanjang
perjalanan pulang ust S berkata bahwa dari pertemuan itu, ia sangat yakin Insya
Allah proses ini akan berlanjut ke tahap yang selanjutnya. Sang ikhwan hanya
bisa senyam senyum sambil berkata ‘aamiin’ dalam hatinya.
Setelah ini ialah cerita penentuan apakah sang ikhwan diterima atau tidak oleh sang wali. Bagaimana kah kisahnya ? silahkan ikuti cerita berikut
Part 7. Jawaban kejutan dari Allah
Part 7. Jawaban kejutan dari Allah
0 komentar:
Posting Komentar